Kamis, 26 Februari 2009

Kenapa Jakarta gak bisa rapih?

Sesuatu yang besar berasal dari hal-hal yang kecil. Begitu juga kondisi kota kita tercinta, Jakarta. Kesemrawutan kota ini berasal dari kesemrawutan pada hal-hal yang ada di dalam sistem kota tersebut. Coba lihat kondisi lalu lintas di Jakarta, sangat parah kemacetannya, apalagi dijam-jam berangkat dan pulang kantor. Perhatikan juga tempat-tempat pedagang kaki mangkal, wuih... berantakan, sampah bertebaran disana-sini, got-got yang mampet menambah komplit kesemrawutan kota. Bahkan di daerah elit sekalipun seperti kawasan Menteng, Jakarta Pusat, sampahpun masih terlihat bertebaran di jalan protokol.

Berikut komponen-komponen kota yang menurut saya sangat mempengaruhi penampilan Jakarta sebagai ibukota negara:

  1. Jalan Trotoar
    Jalan trotoar tampat dimana pejalan kaki seharusnya bisa berjalan dengan nyaman tidak bisa kita temui di Jakarta. Kondisi trotoar di Jakarta sangat memprihatinkan. Berlubang-lubang, putus-putus, penuh kubangan air dan tumpukan sampah merupakan kondisi yang akan kita temui pada trotoar di kota Jakarta.

  2. Jalan Raya
    Jalan raya di Jakarta juga kondisinya sangat memprihatinkan. Berlubang-lubang, penuh tambalan yang asal-asalan. Disebagian jalan memakai aspal, sebagian lainnya memakai semen dengan komposisi yang tidak rapih.

  3. Penghijauan di Sisi Jalan
    Hanya sebagian kecil jalan di Jakarta yang memiliki pohon=pohon, selebihnya merupakan jalan yang gersang, berdebu, yang jauh dari rasa nyaman. Kalaupun ada taman atau pepohonan, kondisinya nyaris tidak terawat, gersang karena tidak pernah disiram, kering hampir mati.

  4. Halte Bis
    Halte bis di kota Jakarta jarang ada yang dalam kondisi baik, sebagian besar sudah keropos, kotor, keramiknya sudah hilang sebagian dan penuh dengan graffiti. Bangku yang sudah disediakan nyaris tak ada lagi yang bisa diduduki karena kotor atau sudah hancur. Kecuali halte busway yang kondisinya masih lumayan bagus, mungkin karena masih baru dan dijaga oleh petugas Satpol PP.

  5. Pagar Pembatas Jalan
    Umur pagar pembatas jalan di Jakarta hampir tidak pernah panjang. Setiap selesai dibangun, pasti beberapa hari kemudian sudah hancur lebur, rontok dipreteli satu-satu. Oknum pelaku pengrusakan kemungkinan besar adalah orang yang biasa melintas jalur yang kemudian merasa terhambat dengan dibangunnya pagar tersebut. Entah dengan menggunakan alat apa, dengan mudahnya mereka merusak dan menjebol paggar tersebut, karena bahan apapun yang dipakai untuk membuat pagar, baik itu besi tipis, besi pipa sampai besi beton sekalipun pasti bisa mereka jebol.

  6. Pedagang Kaki Lima (PKL)
    Walaupun Pemda sudah menyiapkan pasar untuk merelokasi PKL, tetap saja para PKL itu bandel untuk tetap berjualan di pinggir jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas dan pejalan kaki. Alasannya klasik, lokasi di tempat yang baru tidak seramai lokasi mereka saat berjualan di pinggir jalan.

  7. Pengelolaan Sampah
    Walaupun Pemda sudah menyiapkan ribuan tong sampah, tetap saja budaya buang sampah sembarangan susah untuk dihilangkan dari kebiasaan masyarakat kota Jakarta.

  8. Pemasangan Spanduk dan Poster Iklan
    Pemasangan spanduk dan poster iklan yang semrawut juga menambah lengkap suasana kumuh di kota Jakarta.